Kamis, September 29, 2011

Berbahasa Indonesia yang baik dan benar

Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Penggunaan bahasa yang baik dan benar adalah sesuai dengan sasaran kepada siapa bahasa tersebut disampaikan, disesuaikan dengan unsur umur, agama, status sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita, serta berkaitan dengan aspek kaidah, yaitu peraturan bahasa (tata bahasa, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan).

Contoh :
1. Hasan : Tidakkah kita perlu membalas dendam pada si Anas?
Hadi : Apa maksudmu?
Hasan : Lusa akan ada ulangan ilmu bumi dan sejarah. Kita curi dan sembunyikan buku-buku Anas agar dia tidak dapat belajar. Kalau dia mau pinjam buku, jangan kita beri.

Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang benar, tetapi tidak baik karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu.

2. Andi : Apakah bapak nggak takut ketika nuduh orang melakukan korupsi, lalu orang itu marah?
Pak Indra : Bukan menuduh, karena kami punya data-data, kemudian kami melaporkan seseorang atau instansi ke penegak hukum. Soal ancaman itu hal biasa.

Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baik, tetapi tidak benar karena tidak cocok dengan umur serta sudut pandang sasaran kita.

3. Andi : Apakah Bapak tidak takut ketika menuduh seseorang melakukan korupsi, Kemudian, orang tersebut marah?
Pak Indra : Bukan menuduh, karena kami punya data-data, kemudian kami melaporkan seseorang atau instansi ke penegak hukum. Soal ancaman,itu hal biasa.

Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu serta cocok dengan umur dan sudut pandang sasaran kita.


Fungsi Bahasa sebagai alat komunikasi.

Komunikasi dengan berbahasa dilakukan dalam bermacam-macam situasi. Secara umum situasi berbahasa dibedakan menjadi dua, yaitu situasi resmi dan tidak resmi. Di dalam situasi resmi kita dituntut menggunakan bahasa baku, yaitu bahasa yang mengacu pada aturan. Dalam siruasi tidak resmi lebih tepat menggunakan bahasa tidak baku, yaitu bahasa yang lebih mengutamakan fungsi utama berbahasa disbanding aturan berbahasa, agar suasana lebih akrab dan lebih komunikatif.

Misalnya :
  • Kata Surau hanya digunakan oleh golongan masyarakat tertentu.
  • Mushola atau masjid lebih mudah dipahami oleh semua lapisan masyarakat.